26 March 2017

Artikel Konsep Konseling Berbasis Petualangan



Satu  lagi kertas kerja yang dikongsikan dalam ICTAC 2017 di UUM. Terima kasih kepada para peserta dan urusetia yang memastikan semua bahan dapat dikongsi dan disebarluaskan.

KONSEP KONSELING  BERBASIS PETUALANGAN (ADVANTURE BASED COUNSELING)
Oleh
Nandang Rusmana
Universitas Pendidikan Indonesia

1.     Pengertian
Konseling berbasis petualangan di alam terbuka dikembangkan dari konsep konseling berbasis pengalaman (experial based counseling). Petualangan  merupakan bentuk kegiatan yang menawarkan pengalaman melalui permainan dan juga  dapat berupa kegiatan pembelajaran yang bersifat menantang  (Rohnke dalam Gillis & Shoffner, 2001).
Konseling berbasis pengalaman atau konseling berbasis petualangan  (Glass & Shoffner, 2001: Glass, 2004,) sering  juga disebut dengan berbagai istilah, seperti :Wilderness therapy,  adventure-based therapy (Newes, 2001),  Camp counseling (Mitchell & Mejer, 1983), dan wilderness adventure therapy (Weston  Tinsley, 1999); therapeutic adventure programs (Gass & Gillis, 1995): merupakan suatu cara  membentuk yang  dilakukan dengan mengombinasikan aktivitas atau pengalaman yang menantang  dengan pendekatan  konseling  yang telah  ada secara  tradisional.

2.     Latar Belakang Sejarah
Ada tiga tokoh utama yang menjadi latar belakang sejarah yang mewarnai perjalanan perkembangan konseling berbasis petualangan, yakni :
·     Kurt Hahn, (1940) yang mengembangkan konsep outbond training
·     Kelly dan Baer (1968), mengembangkan program outbound selama 21 hari untuk narapidana remaja
·     Berman (1994), mengembangkan camp dan out bound training bagi para penderita TBC

3.     Karakteristik
Menurut Kimbell  dan Bacon (Newes, 2001) ada sejumlah karakteristik yang melekat pada proses konseling petualangan, yakni :
·       Menggunakan  berbagai  bentuk  treatment (multiple treatment formats)
·       Berpusat pada kelompok (group focus)
·       Memproses sesuatu (prosessing)
·       Kegiatan-kegiatannya bertahap (sequencing  of activities)
·       Resiko terukur (perceived risk)
·       Dilakukan pada lingkungan yang asing (unfamiliar environment)
·       Menantang dengan pilihan (challenge by choice)
·       Menetapkan konsekuensi secara konkrit  (provision of concrete consequences)
·       Menentukan tujuan (goal setting)
·       Membangun kepercayaan (trust building)
·       Menyenangkan(enjoyment)
·       Mencapai pengalaman puncak (peak experience).

4.     Tujuan
Tujuan utama konseling  berbasis pengalaman adalah terjadinya transfer pengalaman ke dalam pola-pola  perilaku yang akan diubah (Gillis & Shoffner. 2001).

5.     Manfaat
Manfaat yang dapat di ambil dari proses konseling berbasis petualangan diantaranya  adalah :
·       Perubahan sikap ke arah yang lebih baik
·       Peningkatan kemandirian
·       Keterampilan hidup
·       Perubahan self-concept  yang  positif bagi penderita gangguan perkembangan peningkatan citra diri (self-image)
·       Melatih tanggung jawab
·       Ajang belajar bersama bagi orang-orang yang  mengalami berbagai ketunaan, kecanduan alcohol dan obat terlarang, dsb.
·       Memberikan kepuasan hidup yang lebih besar dalam proses penyembuhan bagi penderita  kecanduan
·       Adanya peningkatan self-efficacy, self-confidence,  dan pengembangan social skil (Kennedy & Minami; stuckey & Barkus; dan Carter & Foret in Herbert, 1996)

6.     Proses Konseling
Ada tiga langkah utama yang berkait dengan proses konseling yakni :
a.      Tahap Persiapan
Dalam melaksanakan persiapan konseling konseling berbasis pada petualangan digunakan APPLE Facilitation Model yang dikembangkan oleh Berg (1987).Dalam APPLE Fasilitation Model ini terdapat lima tahapan kegiatan yakni penimbangan (Assess),perencanaan (Plan), persiapan (Prepare), pelaksanaan (Lead), danpenilaian (Evaluate).

 
b.     Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan menggunakan langkah-langkah konseling kelompok dari Gladding (1995) yang mengacu pada empat langkah utama, yakni : (1) langkah awal (beginng a group); (2) langkah transisi (the trasition stage in a group); (3) langkah kerja (the working stage in a group); dan (4) langkah terminasi (Termination of a group). Secara singkat digambarkan dalam diagram berikut.






c.      Evaluasi/Asesmen
·     Glass & Gillis (1995) mengemukakan sebuah model bertahap dalam melakukan asasemen untuk memahami berbagai isu seputar klien (peserta) dalam konseling berorientasi petualangan. Model asasement tersebut dinamakan CHANGES, yang merupakan akronim dari Context; Hypothesizing; Action that is novel; Generating; Evaluation, and Solutions.
·     Tahapan-tahapan CHANGES di fokuskan pada pemerolehan informasi untuk mengembangkan terjadinya pengubahan prilaku fungsional (Glass & Gillis . 1995).







Rujukan :
Gladding, Samuel T. 1995. Group work : A counseling Specialty: Second edition. New Jarsey:             Merril an Imprint of Prentice Hall.

Gass, M.A & Gillis, H.L. 1995. CHANGES: An Assessment Model Usng Adventure Experience.     Journal of Experiential Education, 18 (1), 34-40. (Online). Tersedia            :http://leegillis.com/AT/PDF/. Diakses 5 Maret 2005.

Glass, J.S & Shoffner, M.F. 2001. Advanture based counseling n schools. Journal of professional    school counseling. October 2001. (online). Tersedia : http//www.findarticle.com/p/articles/           Diakses 5 Maret 2005.


time to go home
alor pongsu - kl

 

Telegram Channel